Sabtu, 30 November 2013

PKBM (PNF) Sebagai Lembaga Mitra BPPNFI


PKBM (PNF) Sebagai Lembaga Mitra BPPNFI

Belajar adalah suatu kegiatan yang seharusnya menjadi kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, mungkin itulah salah satu yang mengilhami Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat dengan menitik beratkan keswadayaan, gotong royong dan partisipasi masyarakat itu sendiri, sehingga, menurut Unesco, PKBM merupakan salah satu wadah dalam memberikan kesempatan penuh kepada seluruh komponen masyarakat agar mampu: (a) memberdayakan masyarakat agar mandiri dan berswadaya, (b) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (c) Pengembangan dan pembangunan masyarakatnya. Dilain pihak, PKBM sebagai bentuk peran nyata masyarakat membantu upaya pemerintah dalam bidang pemerataan pendidikan yang diharapkan bisa menjadi pusat informasi bagi masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional Hal ini sesuai dengan visi dari Forum Komunikasi PKBM yaitu, mewujudkan PKBM  sebagai  lembaga pendidikan akar rumput yang efektif, yang mampu mengatasi kemiskinan, kebodohan dan membangun kesetiakawanan sosial di seluruh Indonesia.Disamping itu juga berusaha mewujudkan jaringan kerjasama yang positif, konstruktif dan kuat, baik sesama PKBM maupun antara PKBM dengan lembaga usaha, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dan lembaga sosial yang ada disekitarnya. Programnya pun juga langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan upaya peningkatan mutu hidupnya.



Seperti program Pendidikan Anak Usia Dini yang diutamakan bagi masyarakat yang kurang mampu, Program pendidikan kesetaraan, Program pendidikan Keaksaraan Fungsional, Program pendidikan kecakapan hidup, Program kelompok belajar usaha, Program taman bacaan masyarakat, Program olahraga dan seni budaya serta Program penyuluhan pertanian, kesehatan, keagamaan dan program pemerintah lainnya yang bisa dikerjasamakan dengan PKBM. Artinya, program tersebut diatas merupakan garapan dari PKBM. Jadi tidak harus dikerjakan semua oleh PKBM, tergantung dengan kondisi dan potensi setempat, kalau memungkinkan itu akan lebih baik. Hal ini segaris dengan konsep yang mengatakan bahwa PKBM merupakan mitra pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui program pendidikan nonformal yang mampu menumbuhkan “Learning society” sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian, keberdayaan, dan inovatif dalam mencari berbagai  informasi baru dalam rangka meningkatkan kehidupannya. Berangkat dari konsep itulah PKBM “Insan Madani”  Kabupaten Blitar mencoba menangkap peluang untuk berkiprah di desanya karena masih banyaknya masyarakat yang memerlukan sentuhan pendidikan. Adalah seorang Agus Jamhuri yang tergerak hatinya untuk berbuat bagi masyarakatnya dengan mendirikan PKBM sebagai pusat pembelajaran PAUD, Keaksaraan Fungsional, Pendidikan kesetaraan serta beberapa program pendidikan kecakapan hidup, baik yang mendapat dukungan dana dari pemerintah maupun yang digali secara swadaya. Alkisah,  Desa Mandesan Kec. Selopuro yang berada di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa timur pada kurun waktu tahun 1970-1980 merupakan salah satu desa katagori tertinggal, rata-rata masyarakatnya berpendidikan SD/MI saja yang berakibat langsung pada tingkat kesejahteraan ekonominya. Pada tahun 1980-an desa Mandesan pernah mendapat bantuan pemerintah berupa Insentif Desa Tertinggal (IDT), namun belum mampu mengangkat kondisi ekonomi masyarakat dari keterpurukan. Bahkan pada saat krisis ekonomi tahun 1997  hingga sekarang kondisinya belum menunjukkan perubahan yang signifikan.
Pada tahun 2007 berdirilah sebuah lembaga yang berbasis pemberdayaan masyarakat dengan bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) "Insan Madani”.  Secara khusus PKBM ini berusaha memfasilitasi masyarakat  untuk mengakses pendidikan yang layak dan bermutu. Dengan kata lain, PKBM hadir untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mandiri melalui konsep belajar bersama sebagai upaya meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Dengan harapan dapat membantu Pemerintah dalam menuntaskan Pendidikan Dasar 9 tahun, Pengentasan Buta Aksara, mengurangi angka pengangguran, ikut membantu mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini segaris dengan misi PKBM “Insan Madani” yaitu  Terciptanya masyarakat yang berpendidikan, berketerampilan, mandiri serta beriman kepada  Tuhan Yang Maha Esa.
Organisasi dibawah kendali Agus Jamzuli telah beberapa kali meraih penghargaan dari pemerintah ini, mempunyai misi Memberikan pelayanan pendidikan melalui jalur nonformal dan informal secara berkeadilan dan non diskriminatif kepada masyarakat  luas. Artinya, secara umum sasaran program PKBM Insan Madani adalah masyarakat di wilayah kecamatan Selopuro Kab. Blitar yang  memiliki kriteria sebagai berikut ; Masih buta huruf (untuk program keaksaraan), Berusia sekolah (untuk program kesetaraan), Berusia balita (untuk program PAUD), Berusia produktif (17-45 th) untuk program Life Skills, Berasal dari keluarga miskin dan masih menganggur serta Mempunyai komitmen yang kuat untuk belajar.
Keberadaan PKBM “Insan Madani” ditengah-tengah masyarakat bagai oase ilmu pengetahuan yang selalu mendapat respon positif dari masyarakat sekitar Indikatornya setiap program yang diselengarakan oleh lembaga diikuti oleh banyak peminat, salah satu keberhasilannya adalah gencarnya pengurus dalam mensosialisasikan program PKBM sehingga masyarakat memahami dan mendukung, Apalagi sumbangsih PKBM kepada masyarakat desa setempattelah dibuktikan dalam bentuk prestasi meraih Juara Satu Lomba Desa se-Kab. Blitar Tahun 2010 dimana salah satu indikator terbesarnya (40%) adalah kesuksesan dalam pendidikan baik formal maupun nonformal dan atas peran strategis PKBM Insan Madani terhadap Desa Mandesan, ketua PKBM Insan Madani, Agus Jamzuri, SH.I diangkat secara aklamasi menjadi ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) hingga tahun 2013. Upaya nyata yang telah dicapai selama ini tidak terlepas seringnya melakukan konsolidasi dan evaluasi pelaksanaan program secara internal serta aktif menjalin jejaring kemitraan dengan pihak terkait. Salah satunya bekerja sama dengan  Pusat Pelatihan Pertanian/Perikanan Pedesaan Swadaya (P4S) sejak 2007. “Lembaga saya dengan lembaganya Mas Agus (Agus Jamzuri, ketua PKBM. red) mempunyai kemiripin visi dan misi yakni memberdayakan masyarakat miskin yang masih menganggur. Selama menjalin kemitraan saya merasa puas dan enjoy karena kami sama-sama mengedepankan keterbukaan dan profesionalitas.” Kata Mahfud Efendi , Ketua P4S Kabupaten Blitar. “Alhamdulillah, walaupun agak tertatih-tatih kami telah berhasil meluluskan peserta didik program kesetaraan paket A, B dan C. Untuk lulusan program Keaksaraan fungsional, ada yang sudah bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan memanfaatkan keterampilan yang dipelajari sebagai matapencaharian tambahan disamping sebagai petani. Untuk program PAUD, lulusannya tidak mengalami kesulitan ketika harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.” Ujarnya kepada Mediksi.
Masih menurut Agus, usaha mandiri yang ditangani untuk membantu jalannya organisasi adalah beternak ayam petelur dan ayam pedaging yang ditangani oleh beberapa anak asuh yang setiap harinya, disamping ikut program pendidikan kesetaraan juga belajar ilmu agama di pondok pesantren. “Mudah-mudahan dengan bantuan yang kami peroleh bisa membantu kami dalam menyelenggarakan program pendidikan nonformal yang benar-benar terasakan oleh peserta didik, Insyaallah kami akan memanfaatkan bantuan tersebut dengan amanah dan penuh tanggungjawab.” Ujarnya. Begitu juga dengan PKBM lain yang dalam beberapa tahun ini menjadi mitra BPPNFI telah menyelenggarakan berbagai program PNF yang didanai dari bantuan BOP maupun Block grand lainnya, diantaranya seperti PKBM ‘Bahtera Dua’, PKBM ‘Amanah’, PKBM “Cempaka”, PKBM ‘Kusuma Wijaya’ dan PKBM “Bina Abdi Wiyata” Suarabaya, semuanya dengan karakteristiknya masing-masing berbuat untuk memberdayakan masyarakat. Lukas Khambali, Ketua PKBM “Bina Abdi Wiyata” mengatakan bahwa program kecakapan hidup memberi kegiatan positif berupa keterampilan Las, mesin diesel dan menjahit bagi pemuda yang masih menganggur dengan harapan setelah mengikuti program bisa bekerja secara mandiri. “Nantinya mereka akan dimotivasi untuk berusaha bersama dalam wadah prakoperasi, sehingga akan tampak perkembangannya”. Katanya melengkapi keterangannya. Disamping mulai mengerjakan program kecakapan hidup, PKBM “Bina Abdi Wiyata” berkonsentrasi kepada program pendidikan kesetaraan, mengingat minat masyarakat mengikuti program kesetaraan sangat tinggi. Yang jelas masing-masing PKBM memiliki kelebihan sendiri-sendiri dalam berusaha memberdayakan masyarakat pinggiran, hanya belum banyak diketahui oleh masyarakat dan lembaga lintas sektoral lainnya, hal ini dimungkinkan karena masih lemahnya publikasi, para pengelola masih berpikir yang penting program berjalan, bermanfaat bagi masyarakat dan lancar dalam mendapatkan bantuan dana operasional tanpa melihat pentingnya publikasi. Hal inilah kedepan, mungkin perlu ada himbauan kepada PKBM agar dalam laporannya juga menyertakan profil kelembagaannya beserta program, jenis usaha yang ditangani serta cerita sukses (prestasi) dari peserta didik yang telah menyelesaikan program PNF yang dibinanya. “Kalau perlu BPPNFI bekerjasama dengan Forum Komunikasi PKBM untuk mengadakan pertemuan berkala antara lembaga mitra penerima bantuan dana dalam rangka pembinaan kelembagaan sekaligus sebagai media tukar informasi untuk memantau perkembangannya, saya kira semua lembaga mitra akan menyetujui gagasan ini.” Kata Lukas Khambali yang kebetulan juga sebagai ketua Forum Komunikasi PKBM Kota Surabaya. Dengan kata lain, pembinaan PKBM agaknya wajib dilakukan oleh Dinas Pendidikan yang membidanginya agar benar-benar menjadi PKBM yang bisa menjadi tulang punggung bagi terjadinya proses pembangunan melalui pemberdayaan potensi yang ada di sekitar sasaran didik dimana program itu berada. Apalagi, kalau mau jujur Program PNF belum sepenuhnya didukung oleh SDM yang memadai serta dipersiapkan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Banyak PKBM  masih mengandalkan tenaga seadanya yang mau dan peduli dengan program PNF tanpa imbalan yang  memadai. disisi lain program PNF belum sepenuhnya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Program belum berbasis pada masyarakat tetapi berorientasi pada anggaran yang disiapkan oleh pemerintah,sehingga habis tahun, habis anggaran, habis program dan tentunya pelaksanaan programnya menjadi tidak melembaga dimasyarat. Untuk itulah melalui pemberdayaan jejaring ini, keberadaan PKBM haruslah menjadi tempat pembelajaran masyarakat tentang berbagai pengetahuan dan keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di sekitar lingkungannya agar sasaran didik memiliki dan menguasai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup. “Setiap PKBM punya metode sendiri-sendiri dalam menyelenggarakan program PNF, inilah yang bisa menjadi bahan diskusi dalam pertemuan berkala sekaligus mempererat tali silaturahim dengan BPPNFI sebagai penyalur dana.“ Ujarnya mengakhiri perbincangan dengan Mediksi saat melakukan monitoring dan evaluasi dana program. [Ebas/Mediksi]
Sumber : Drs. Edi Basuki, M.Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar